Agustus, 21, 2025-05.30 | Redaksi PARAMI
Gresik, paramidsn.com - Setelah 188 tahun sejak deskripsi pertamanya, King Cobra kini secara resmi diklasifikasikan menjadi empat spesies yang berbeda berdasarkan penelitian genetika dan morfologi. Pembagian ini mengubah pemahaman biologis serta pendekatan konservasi dan manajemen satwa liar di Asia.
Empat spesies baru King Cobra adalah Northern King Cobra, Sunda King Cobra, Western Ghats King Cobra, dan Luzon King Cobra. Masing-masing memiliki karakteristik unik, persebaran geografis yang lebih terbatas, dan rentan terhadap ancaman lokal seperti perubahan iklim dan perusakan habitat.
Temuan ini memiliki implikasi penting bagi pengembangan antivenom yang lebih efektif, karena racun dari setiap spesies King Cobra memiliki komposisi berbeda. Penanganan medis yang lebih spesifik diperlukan untuk meningkatkan efektivitas pengobatan gigitan ular ini.
Setelah 188 tahun sejak pertama kali dideskripsikan, King Cobra, ular berbisa terpanjang di dunia, kini resmi dikelompokkan menjadi empat spesies berbeda. Temuan ini menandai tonggak penting dalam dunia herpetologi, yang tidak hanya mengubah pemahaman kita tentang variasi biologis King Cobra, tetapi juga memiliki dampak besar terhadap konservasi dan pengelolaan satwa liar di Asia.
King Cobra, yang panjang tubuhnya bisa mencapai lebih dari 5,6 meter, dikenal sebagai predator puncak di habitatnya yang tersebar luas dari India hingga Indonesia. Dengan penemuan baru ini, pendekatan konservasi dan pengembangan antivenom dapat disesuaikan untuk kebutuhan masing-masing spesies yang lebih spesifik.
Penemuan Empat Spesies Baru
Berdasarkan penelitian mendalam yang melibatkan analisis genetik dan morfologi, King Cobra yang sebelumnya dianggap satu spesies kini terpecah menjadi empat spesies baru:
Northern King Cobra / King Kobra Utara (Ophiophagus hannah): Ditemukan di India utara dan timur, Myanmar, Tiongkok, serta sebagian besar daratan Asia Tenggara. Ini adalah spesies yang paling tersebar luas di antara keempatnya.
Sunda King Cobra / King Kobra Sunda (Ophiophagus bungarus): Terdapat di Semenanjung Malaya, Indonesia, Malaysia, dan Filipina bagian selatan dan tengah. Nama bungarus diambil dari kemiripannya dengan karakteristik ular weling (genus Bungarus).
Western Ghats King Cobra / King Kobra Ghats Barat (Ophiophagus kaalinga): Terbatas pada Pegunungan Ghats Barat, India. Nama kaalinga berasal dari bahasa Kannada yang merujuk pada warna gelap ular ini.
Luzon King Cobra / King Kobra Luzon (Ophiophagus salvatana): Terbatas di Pulau Luzon, Filipina. Nama salvatana diambil dari bahasa Tagalog, yang merujuk pada nama lokal King Cobra di Luzon.
Temuan empat spesies baru ini juga membawa implikasi penting dalam pengembangan antivenom. Sebelumnya, hanya ada satu jenis antivenom yang digunakan untuk King Cobra, tanpa mempertimbangkan variasi racun di antara populasi. Dengan pemahaman baru ini, kini diketahui bahwa racun setiap spesies memiliki komposisi yang berbeda, seperti neurotoksin dan enzim spesifik lainnya.
Pengembangan antivenom spesifik untuk masing-masing spesies sangat penting untuk meningkatkan efektivitas pengobatan dan mengurangi risiko efek samping. Mengingat gigitan King Cobra dapat menyebabkan kelumpuhan dan gagal jantung dengan cepat, pemahaman mendalam tentang variasi racun sangat krusial dalam penanganan medis.
Penulis: Suaizam
Editor : Ali Ma'ruf.
Foto by : app inaturalist | Rohit Giri.