Invertebrata

Tunikat Spesies Tak Terduga yang Mengungkap Keajaiban Lautan

Tunikat Spesies Tak Terduga yang Mengungkap Keajaiban Lautan

  • Kategori: Invertebrata
  • Dipublikasikan: 21 Okt 2025

Oktober, 21 2025-20.45| Redaksi PARAMIDSN

 

 

Surabaya, paramidsn.com -

Kelompok hewan laut yang mungkin jarang kita sadari yakni tunikat, ternyata menyimpan sejumlah fakta menarik yang menjadikannya lebih dari sekadar makhluk tanpa tulang belakang biasa. Tunikat, meskipun tergolong invertebrata yakni hewan tanpa tulang belakang yang menyimpan hubungan genealogis yang dekat dengan makhluk bertulang belakang termasuk manusia. Diperkirakan sekitar 3.000 spesies tunikat tersebar di seluruh habitat air asin di dunia yang nampak cukup unik. Mereka tergolong ke dalam subfilum Tunicata (atau kadang disebut Urochordata), namun secara taksonomi mereka termasuk dalam filum Chordata kelompok yang juga mencakup hewan bertulang belakang seperti manusia. Fakta ini menjadikan tunikat sebagai kerabat jauh kita di pohon evolusi.

 

Salah satu tipe tunikat yang paling dikenal disebut “sea squirts” atau “pecut laut” pada saat tubuhnya disentuh atau merasa terancam, otot-ototnya berkontraksi dan menyemburkan air ke luar. Setelah tahap larva, sebagian besar tunikat menempel secara tetap pada substrat keras seperti karang mati, dermaga kapal, batu, atau cangkang kerang, dan menjalani seluruh kehidupan dewasanya dalam keadaan menetap. 

Penamaan “tunikat” sendiri berakar dari adanya lapisan pelindung eksternal yang disebut tunik yang melindungi hewan ini dari predator seperti bintang laut, siput maupun ikan. Selain jenis yang menetap, ada pula tunikat lain yang mengapung di lautan seperti salp dan pyrosome yang tampak seperti ubur-ubur bening dan beberapa spesiesnya mampu tumbuh hingga panjang 18 meter. Menariknya, semua tunikat meskipun sangat beragam secara morfologi memiliki kesamaan evolusi pada salah satu tahap hidupnya muncul struktur notokorda semacam “tulang punggung fleksibel” yang karakteristiknya merupakan ciri dari filum Chordata. Pada khususnya, tunikat yang menetap memiliki notokorda hanya pada tahap larva yang menempel, mereka menjalani metamorfosis, menanggalkan notokorda dan berpindah ke tahap dewasa sebagai filter feeder yang menempel. 

 

Sebagai pemakan partikel-mikroorganisme dari air, tunikat memiliki sistem pencernaan yang cukup mirip dengan manusia terdiri dari esofagus, lambung, usus, hingga rektum. Namun, ada pula keunikan tersendiri seperti misalnya, jenis bentik tunikat memiliki jantung yang secara periodik membalik arah detaknya dengan fenomena yang hingga kini masih menjadi misteri bagi para peneliti. Peran ekologis tunikat pun tak boleh dianggap remeh karena mereka berfungsi sebagai “pembersih” lautan karena memakan bakteri dan partikel‐mikro di perairan. Selain itu, mereka dapat mengindikasikan keberadaan logam berat di lingkungan laut karena kemampuannya menyerap logam seperti seng dan vanadium. Di sisi lain, ketika menempel pada bagian kapal atau mesin, tunikat bisa menjadi spesies invasif yang merugikan.

 

Tidak hanya itu, tunikat juga punya nilai potensial bagi manusia seperti beberapa spesies menjadi bahan makanan di wilayah Mediterania, Asia, dan Amerika Selatan, baik daging dalam tubuhnya maupun tuniknya yang dapat dibuat acar. Bahkan senyawa dari beberapa spesies tunikat tengah diteliti untuk pengobatan penyakit seperti kanker dan asma. Meskipun bagi banyak orang tunikat mungkin tetap tampak asing atau kurang mendapat perhatian, keberadaannya sejatinya penting  baik secara evolusi, ekologis, maupun medis. Artikel ini mengajak kita untuk tidak mengabaikan makhluk laut ini karena di balik penampilannya yang sederhana, terdapat kisah evolusi dan fungsi yang luar biasa.

 

Referensi

https://ocean.si.edu/ocean-life/invertebrates/tunicates-not-so-spineless-invertebrates

https://mongabay.co.id/2016/05/22/tunicate-si-penyemprot-yang-berpotensi-medis-seperti-apa-bentuknya/

 

Penulis : Vivi Yunita 

Editor : Ali Maruf 

Foto By : Mongabay