Oktober, 21 2025-16.13| Redaksi PARAMIDSN
Surabaya, paramidsn.com -
Di tengah lebatnya hutan pegunungan di Pulau Jawa, masih tersisa sosok satwa yang keberadaannya semakin langka dan tertatih mempertahankan eksistensi itulah Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas), satu-satunya kucing besar endemik pulau ini yang kini memikul harapan kelestarian ekosistem. Satwa ini menempati posisi strategis sebagai predator puncak yang menjaga keseimbangan populasi hewan pemangsa dan mempengaruhi kesehatan hutan di Jawa. Macan Tutul Jawa secara morfologi memang lebih kecil dibandingkan subspesies macan tutul lainnya di Asia dan Afrika. Ia memiliki dua variasi warna bulu yang khas berwarna jingga dengan bintik-bintik gelap, dan yang jarang namun ikonik yaitu yang berbulu hitam (melanisme) yang di hutan lebat tampak seperti “macan kumbang”. Tingginya frekuensi melanisme pada spesies ini menunjukkan adaptasi terhadap habitat hutan yang remang sehingga memungkinkan mereka berkamuflase lebih baik di wilayah dengan tutupan vegetasi rapat.
Sifatnya yang soliter, aktif berburu di malam maupun dini hari dan memilih habitat dengan tutupan tajuk rapat serta sumber air sepanjang tahun membuat Macan Tutul Jawa sangat tergantung pada kelestarian hutan alam dan struktur lanskap yang memadai. Habitat utamanya meliputi kawasan pegunungan dan hutan lindung di Jawa Barat, Jawa Tengah hingga Jawa Timur, bahkan tersisa populasi kecil di Pulau Nusa Kambangan dan Pulau Kangean. Sayangnya, tekanan terhadap eksistensi Macan Tutul Jawa semakin nyata. Hilangnya habitat akibat alih penggunaan lahan, fragmentasi hutan, perburuan ilegal, dan konflik dengan manusia membuat spesies ini semakin terdesak. Dalam kajian terbaru disebutkan bahwa populasi mature individu Macan Tutul Jawa diperkirakan hanya antara ratusan saja, tersebar dalam subpopulasi yang terisolasi dan terus menurun.
Mengingat perannya yang krusial sebagai spesies kunci (keystone species) dalam ekosistem hutan Jawa, upaya perlindungan Macan Tutul Jawa menjadi urgensi nasional. Perlu dilakukan pemulihan koridor habitat untuk menghubungkan populasi terpisah dengan penegakan hukum terhadap perburuan dan pemulihan mangsa alami, serta penguatan kesadaran masyarakat sekitar hutan agar koeksistensi dengan satwa ini lebih harmonis. Dengan demikian, Macan Tutul Jawa bukan hanya sekadar ikon satwa langka, tetapi juga penjaga terakhir fragmen‐fragmen hutan Jawa yang tersisa. Jika kita gagal menjadi pelindungnya, maka habitat hewan ini tengah menghadapi ancaman kepunahan akan rapuh bersama karena nasibnya adalah cermin dari nasib hutan pulau ini.
Referensi:
Penulis : Vivi Yunita
Editor : Ali Maruf
Foto By :