Aves

Tarian Cendrawasih Botak, Pesona Raja Ampat yang Menaklukkan Pasangan

Tarian Cendrawasih Botak, Pesona Raja Ampat yang Menaklukkan Pasangan

  • Kategori: Aves
  • Dipublikasikan: 20 Sep 2025

SEPTEMBER, 20 2025-20.00| Redaksi PARAMIDSN

 

Surabaya, paramidsn.com -

Raja Ampat kembali menegaskan dirinya sebagai surga burung cendrawasih. Salah satunya adalah cendrawasih botak (Cicinnurus respublica), burung endemik yang hanya ditemukan di Pulau Waigeo dan Batanta. Pesona burung ini bukan hanya pada bulunya yang berwarna-warni, tetapi juga lewat tarian unik yang dimainkan pejantan untuk memikat betina.

Setiap pagi dan sore, pejantan membersihkan lantai hutan dari dedaunan, seakan menyiapkan “panggung tari.” Dari atas ranting kecil, ia mulai mengeluarkan suara panggilan khas “ciuk..ciuk..ciuk..ciuk” berulang kali. Begitu betina mendekat, pertunjukan sesungguhnya dimulai.

Dengan tubuh mungil berukuran 16–19 sentimeter, pejantan memamerkan warna hijau kebiruan di dada, merah menyala dan kuning di leher, serta dua antena ekor yang melengkung indah. Gerakannya yang lincah, termasuk membungkuk untuk memperlihatkan kepala berwarna kuning terang, membuat betina semakin terpesona. Bahkan, tak jarang pejantan membawa buah palem dari paruhnya sebagai “hadiah cinta.”

Jika betina menerima, kawin berlangsung sangat singkat — hanya sekitar satu detik. Meski begitu, ritual tarian yang mendahuluinya adalah simbol keindahan dan kompleksitas alam Raja Ampat.

Cendrawasih botak merupakan salah satu dari delapan jenis cendrawasih yang hidup di Raja Ampat dan kini dilindungi oleh Peraturan Menteri LHK Nomor P.106/2018. Namun, ancaman berupa perburuan dan hilangnya habitat tetap menghantui kelestariannya.

Para peneliti dan pemerhati alam mendorong pelibatan masyarakat lokal dalam pemantauan populasi cendrawasih. Selain menjaga burung dari ancaman, keterlibatan ini juga dapat membuka peluang pengembangan wisata pengamatan burung (birdwatching) yang berkelanjutan — menghadirkan manfaat ekonomi sekaligus melestarikan warisan alam Papua.

 

Referensi

Penulis : Vivi Yunita 

Editor : Ali Maruf 

Foto By : Tim laman /mongabay.co.id